Menikah


Menikah..
Perempuan,jalan 24 tahun, bekerja.
Kalo dilingkungan ku, tujuan selanjutnya adalah menikah. Menurutku?
Aku adalah tipe perempuan yang tidak suka bergantung pada orang lain. Mengerjakan urusan sendirian, misal ke pasar, ke mall, makan siang, mengurus administrasi, bayar pajak, belanja bulanan. Meanwhile, beberapa perempuan mengerjakannya dengan teman, orang tua, sodara,pacar (bukan berarti aku tidak ke mall dengan teman-teman, tapi maksudnya aku tidak masalah ke mall sendirian).

Di SMA aku tidak pernah pacaran (kalau suka dengan orang pernah, tapi tidak tertarik pacaran, Alhamdulillah), bahkan aku tergolong perempuan yang cukup anti dengan laki-laki. Tidak biasa berteman dengan laki-laki waktu SMA. Di kuliah juga tidak pacaran (terlalu banyak alas an untuk tidak pacaran, Alhamdulillah). Waktu kuliah, disaat teman-teman membicarakan tentang kisah cintanya, pacarnya, dan sejenisnya, I’m just there and like rolling my eyes and say “apasihh”. Sempat mikir, kenapa sih apa-apa dihubungkan dengan cinta, missal lagi mengobrol, dan teman mulai cerita “waktu aku jalan sama pacarku…” hmmm.

Untuk permasalahan, aku lebih tertarik membahas kehidupan. “Apa yang bisa aku lakukan”, “ada apa dengan dunia sekarang”, “e gila banget ya pendukung ini, masa ada yang begini begini” , “ternyata aku ekstrovert lo, tapi aku terlalu pendiam untuk ekstrovert dan terlalu rebut untuk introvert” . yap, aku lebih tertarik pada psikologis manusia, kenapa seseorang begini, apa alasannya, apa yang dipikirkannya saat melakukan sesuatu, bagaimana masa lalunya dulu sampai dia menjadi seperti itu.
Itu aku, dan latar pemikiranku. Selanjutnya, menikah bagiku, bukan tujuan hidup utama. Aku sempat berfikir menikah itu berat dan muncul pertanyaan dalam diri “kenapa orang mau menikah?” “kenapa harus menikah?”, “kenapa sih membahas pernikahan?” . meanwhile, orang-orang disekitarku selalu membahas pernikahan, mereka mau menikah sedang atau tidak dalam hubungan (dia tidak punya pacar, tapi saat ditanya dia jawab mau menikah”. Kalau ditanya mau menikah,I said yes, but I don’t take it to my goals, its like itu sudah diatur Tuhan, mau atau tidak sudah ada waktunya, jadi ga ada usaha buat mencari-carinya.

Jujur, pikiran menikah sampai umur 23 kemaren masih sangat jauh, kalo boleh milih maunya di umur 26 tahun. Why? Aku sadar betul aku, emosi belum stabil, egois, berkomunikasi dengan orang masih buruk. Dan aku menyimpan banyak ragu. Ragu apa ada orang yang tidak akan meninggalkan setelah tau kurangnya aku. Banyak manusia mudah mengingkari kata-katanya semudah dia membuat janji.
Menikah bukan hanya tentang cinta, lebih pada cocok apa tidak pasangan tersebut untuk menjalani hidup bersama. Bagaimana kelebihan dan kekurangan mereka saling melengkapi, bagaimana pemikiran mereka bisa sejalan.

Banyak orang dating, bermodalkan cinta mereka, dia berkata rasa cintanya tulus, cintanya begitu besar. Ya aku percaya, saat itu rasa cinta mereka memang tulus dan begitu besar, tapi nanti?. Setiap ada orang yang dating, aku mencoba membayangkan, apa dia bisa menerima kurangku, apa aku bisa menerima karakternya, tapi semua membuatku ragu. Dan aku memilih tidak.
Setelah banyak hal berlalu, dan ada seseorang yang membuatku percaya, watu pernikahan seperti sudah pasti. Orang-orang seangkatanku sudah menikah, jadi aku memang menganggap ini sudah waktuku, setiap orang akan menemui masanya, dan ini lah waktu ku.
Senang? Entahlah, mungkin iya, tapi aku seperti tau kehidupan setelah menikah yang tidak mudah, bagaimana aku bisa senang?
Sedih? Tidak, kebanyakan orang mencari dan mencari. Untuk cerita ku, dating sendiri.
Bersyukur? Hmmm mm ya, agak berat karena aku tau kehidupan setelah pernikahan itu berat.

Intinya, menikah, ya aku mau, aku tidak menjadikan itu target hidup, senang ya, tapi tidak berani terlalu, sedih tidak.

Banjarbaru, 10 April 2020


Komentar