Tahun Pertama Berkerja

Tahun pertama bekerja !


12 november 2018 aku mulai masuk berkerja disebuah perusahaan swasta.

Pengalaman pertamaku berkerja setelah belajar formal 12 tahun ditambah 4 tahun, lucu!

Aku bukan orang sanguine, bisa jadi pembicara seru dan berbasa basi. Aku cukup pendiam didalam lingkungan dengan banyak orang. Aku lebih suka berbicara secara personal dengan pembahasan medalam, sebenarnya.

Beberapa hari diawal bekerja cukup santai, waktu habis bermain gadget karena tidak ada kerjaan, dan tidak tau apa yang bisa dikerjakan selain pikiran penuh menganalisa apa yang terjadi. Orang lalu lalang keluar masuk ruangan, seperti menonton acara sitkom di tv dengan latar kantoran. Lucu menurutku. Satu orang masuk, bercerita, mereka tertawa, keluar lagi. Masuk lagi orang lain, membicarakan masalah lain dengan nada serius, menarik menurutku. Aku duduk, mengamati diam-diam, sibuk dalam pikiran, berusaha terlihat senatural mungkin atau terlihat setidak perduli mungkin.

Hal pertama menurutku yang harus dilakukan dilingkungan kerja baru adalah bersosial. Dan aku orang yang tidak mudah bersosial, hmm.

Mencoba untuk asik, mencoba untuk percaya diri, mengeluarkan semua kemampuan diri dalam bersosial, tapi rasa rendah diri keluar. Yang kalo ngomong sambil rada ga enak gitu takut salah-salah. Apalagi kalau berbicara dengan orang yang lebih tua, aku memposisikan diri sebagai anak muda yang kekanak-kanakan dan tidak tau apa-apa, duno why hmm

3 minggu awal, berjalan cukup lancar. Tapi sepertinya pemikiran karyawan baru (baru pertama bekerja setelah lulus kuliah) rada familiar dengan “apa aku sebodoh itu?”. Pekerjaan baru, tanggung jawab baru, tidak paham seharusnya wajar, tapi entah pikiran sendiri atau apa, perasaan diremehkan dan direndahkan sering terbersit. “Kenapa aku susah paham ya?” adalah tekanan yang dirasakan dari hari ke hari selama minggu-minggu pertama bekerja.

Aku pernah ikut organisasi di masa kuliah. Banyak hal tentang kepemimpinan, organisasi dan perilaku organisasi yang kudapat. Saat memasuki perusahaan tempat aku berkerja, banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang ada dipikiranku. Hal dasar yang kulihat menurutku tentang perusahaan tempat aku berkerja adalah : perusahaan swasta dengan struktur organisasi yang tidak ideal, tidak menerapkan unsur kepemimpinan, peraturan yang tidak baku. Dan selanjutnya adalah hal-hal lain yang muncul karena hal dasar yang ada.

Organisasi bergantung pada pemimpinnya. Saat bekerja banyak hal unik yang kutemui, beberapa terjadi salah paham antar satu karyawan dengan karyawan lain, terjadi lempar melempar tanggung jawab, lempar melempar kesalahan. Menurutku pribadi, itu terjadi karena peraturan yang tidak baku, system yang tidak jelas, dan ujung-ujungnya pada pemimpinnya. Kenapa perusahaan tidak ada system yang jelas? Pemimpinlah yang seharusnya menentukan bagaimana suatu organisasi berjalan. Menurutku.

Selain itu, hal lain yang kudapat saat berorganisasi adalah kerjasama, saling menghargai, menghormati satu sama lain, saling membangun. Sedangkan dikantor, hmm.. disini lebih menerapkan kekeluargaan. Seperti tidak ada sekat antara atasan dan bawahan, tapi ternyata memang tidak ada atasan dan bawahan, semua karyawan sama, tidak ada jenjang. Ini hal baru untukku, perlu waktu untuk menerima fakta ini dikepalaku, dan didiriku untuk menerima lingkungan seperti ini. Saat aku sopan, malah terkesan berlebihan,( atau itu cuman pikiranku saja?).

Bulan pertama menyenangkan, orang-orang diruanganku suka bercanda, kami sering tertawa. Kadang saat kami tertawa, aku berfikir “kebahagiaan hari ini akan berlalu, entah apa yang akan terjadi nanti”. Dunia kerja sangat dinamis, cepat sekali perubahannya.

Seperti kebanyakan pegawai baru, ditambah baru pertama menceburkan diri kedunia kerja, aku merasa cukup idealis, aku cukup berkerja keras, mengutamakan loyalitas, rela bersusah payah demi kemajuan perusahaan. Ditambah asupan wejangan dari orang tua dan keluarga. “berkerjalah dan lakukanlah yang terbaik untuk perusahaan, setiap yang kita kerjakan akan kembali pada kita, terlihat saja mana yang berkerja dengan baik dan mana yang tidak” aku semangat. Ditambah beberapa hal yang tertanam dalam pikiranku dari beberapa yang kutemui dan kujalani dalam kehidupanku yang baru sebentar, melekat kuat sebuah kutipan “jangan tanya apa yang Negara berikan padamu, tapi tanyakan pada dirimu apa yang kamu berikan pada Negara”. Maka aku menyesuaikan “jangan tanya apa yang oraganisasi berikan padamu tapi tanyakan pada dirimu apa yang kamu berikan pada organisasi”.

Aku benar-benar menanamkan dalam diriku, aku berkerja untuk belajar, untuk masa depan. Susah dimasa muda adalah wajar, dan kesulitan yang kualami masih bukan apa-apa. “nahkoda yang handal tidak terlahir dari lautan yang tenang”. Aku benar-benar berusaha sebaik mungkin. Lugu sekali.

Selain urusan kerjaan, dunia kerja juga tentang bertemu banyak orang dengan masing-masing pribadi yang dibawanya. Aku tertarik dengan kepribadian seseorang. Tertarik dengan pemikirannya, dan masalalunya sampai dia menjadi seperti sekarang. Bagi sebagian orang aku terkesan kepo, atau aku sedang cari muka, atau itu pikiranku saja?. Manusia terbentuk dari kesalahan, dari kesulitan. Jika orang tersebut berkata kasar atau melakukan sesuatu yang cukup bertentangan dengan kebanyakan orang maka aku akan berfikir “dia kenapa ya?” atau “bagaimana dia dibesarkan sampai pada saat ini dia berbuat demikian”, tidak jarang aku merasa kasihan. Aku sering merasa tidak disukai, dan aku tidak suka. Jadi saat ada orang yang tidak menyukai orang lain, berkata buruk dibelakangnya, maka akan ada jeda dalam pikiranku dan muncul perasaan “kasihan dia”.

Diperusahaan tempat ku berkerja, banyak warna manusia, banyak juga yang bertentangan dengan jalan pikiranku. Ada yang selalu bisa mencairkan suasana, ada yang mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu disaat kebanyakan orang tidak mau memulai. Ada yang terlalu santai dan acuh, ada yang cukup berkerja dan mengerjakan kerjaannya, ada yang dalam banyak waktu diam saja sampai membuat orang salah paham dan menjadikan beberapa orang tidak menyukainya, ada yang mudah sekali menyimpulkan sesuatu tentang seseorang, lain dan lainnya.

Dari orang lain, aku belajar banyak hal. Menjelaskan sesuatu itu perlu, berbasa-basi itu perlu, karena saat kita berbicara tanpa pemanis atau yang kita sampaikan adalah inti saja tanpa awalan dan akhiran, banyak orang yang akan salah paham. Kita terlabel sebagai orang yang tidak pengertian. Kita memang tidak hidup untuk pujian atau pengakuan orang lain, tapi dalam organisasi, hubungan antar anggota satu dan yang lainnya itu juga penting. Organisasi yang didalamnya ada rasa persaudaraan dan kebersamaan akan menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung. Berkerja dalam lingkungan yang menyenangkan adalah bagian dari pondasi kemajuan perusahaan, karena jika perusahaan terdiri dari karyawan dengan tingkat kebahagiaan tinggi dan saling mendukung untuk kemajuan satu sama lain hal itu akan meningkatkan produktifitas dan artinya hal baik untuk perusahaan, menurutku.

Selain itu masih banyak yang aku pelajari, salah satunya tidak mudah menilai orang lain atau menyalahkan orang lain. Aku sering mendengar beberapa orang membicarakan orang lain, dan selanjutnya orang yang membicarakan orang lain dibicarakan orang lain. Aku sama sekali tidak melihat kebaikan saat seseorang membicarakan orang lain. Beberapa orang juga mudah sekali meremehkan dan menganggap orang lain tidak bisa berkerja, padahal dibelakangnya aku juga mendengar kemampuannya berkerja dipertanyakan orang lain. Beberapa juga bertanya-tanya tentang perkerjaan orang lain “memang dia ngurusin apa aja sih sampai kerjaan ini ditunda-tunda bukannya dia cuman mengurus ini dan ya?” tapi saat aku mengobrol dengan orang yang sedang dibicarakan itu, aku cukup merasakan perjuangannya sepanjang hari berkerja, bagaimana dia bergelut dengan pekerjaannya. Setelah semua yang dilakukannya masih saja orang-orang yang tidak mau memahami menjudge dirinya sekenanya.

Aku berfikir, kenapa kita tidak berkata hal baik saja? Kenapa kita tak saling dukung saja? Saling berempati, saling menyemangati. Kenapa ini dalam fikiran saja? Aku merasa terlalu muda atau merasa terlalu karyawan biasa untuk hal itu. Aku juga jadi berfikir, seandainya pimpinan perusahaan ini adalah pemimpin yang positif, mendukung karyawan, cukup ramah untuk mengucapkan selamat pagi, atau cukup perhatian untuk bertanya ada masalah apa, tentu hal itu akan berimbas pada karyawan yang juga terbiasa menegur, mengucapakan selamat pagi dan berempati satu sama lain, setuju dengan ku?

Bertemu dengan banyak karakter yang berbeda dari yang pernah aku temui sebelumnya, pandangan yang berbeda, cara fikir yang berbeda, tak jarang membuatku berfikir ulang tentang cara pandangku. “apa aku salah?”, “apa aku berlebihan?”, aku meragukan diriku. Aku meragukan nilai-nilai yang kupegang. Aku merasa sangat berbeda dengan rekan kerjaku, berbeda dari pikiran, sikap dan sebagainya membuat aku mempertanyakan diriku sendiri. Tidak jarang aku menarik diri, aku keluar kota menemui teman masa kuliah ku, saat kami mengobrol aku kembali menemukan diriku. Aku kembali mendapat keyakinan bahwa apa yang ku percayai adalah benar untukku. Kembali berkerja esok hari dengan aku yang lebih percaya diri. Tapi tidak lama dan keraguan muncul lagi. Aku mengobrol dengan temanku lagi. Berulang beberapa kali. Sampai akhirnya aku menjadi lebih mempercayai diriku, atau aku sudah tidak perduli.

Quarter life crisis, keadaan psikologis yang dialami orang berusia 20an, fase dimana seseorang memiliki kecemasan terhadap masa depannya. Dimasa ini juga kita mempertanyakan tujuan hidup kita, keyakinan kita akan suatu hal, masa depan, cinta, keluarga, dan sebagainya. Mungkin karena hal ini juga lah aku banyak berfikir dimasa sekarang, terlebih aku juga orang yang banyak memikirkan sesuatu.

November berlalu

Desember. Akhir tahun.

Membuat laporan akhir tahun adalah hal wajar menurutku. Yang agak menyulitkan adalah tidak adanya format baku dalam membuat laporan hmm. Pelan pelan kerjaan selesai. Yang cukup menyita perhatian saat itu, ada karyawan dari divisi lain yang bermasalah dengan kerjaannya. Beberapa hal tidak berjalan baik, entah karena apa. Beberapa berkata dia tidak bisa berkerja (dengan baik). Muncul pertanyaan dalam pikiranku, masalah itu timbul karena orangnya yang tidak bisa berkerja atau karena kerjaannya? Masalah yang ditimbulkan cukup besar karena berimbas kebanyak orang. Orang-orang cukup kesal dan kewalahan mengerjakan revisi karena kesalahan yang ada. Dan buntut dari masalah itu, aku dipindah ke bagian itu. Ya, aku dipindah tugas dari divisi ku ke divisi itu. Hal besar untukku saat itu, aku baru menyesuaikan diri dengan lingungan baru, dengan daftar kerjaan baru. 2 bulan belum sampai dan aku pindah ke bagian yang ada masalah didalamnya.

Sebagai orang yang baru berkerja dan baru memasuki dunia kerja, aku merasa tidak mungkin menolak keputusan atasan. Bukankah aku harus berusaha keras untuk perusahaan. Saat atasan memutuskan sesuatu bukankah itu sudah ditimbang dan adalah keputusan terbaik bagaimanapun keadaan pada saat itu, fikirku. Awal tahun dan aku diposisi baru. Lingkungan baru. Mempelajari kerjaan. 1 kata, berat. Berat karena banyak hal.

Maaf untuk selalu bawa-bawa kisah organisasiku. Tapi memang dari masa organisasi aku belajar banyak hal. Hal lain yang kupelajari adalah komunikasi, koordinasi, konfirmasi. Sebagai orang baru, wajar untuk banyak bertanya. Masalahnya disini adalah penjelasan untuk tugas baru yang menurutku sangat jauh dari kata jelas. Sangat tidak jelas. Aku berharap dapat penjelasan mengenai skema atau alur kerja, bagaimana aku harus berkerja, bagaimana alur informasi, bagiamana aku mengerjakan suatu hal, bagaimana aku harus menanggapi apa yang terjadi, apa yang boleh dan tidak boleh kukerjakan, lain dan lain. Terlalu muluk-mulukkah?. Karena menurutku aku tidak mendapat cukup penjelasan, aku bertanya. Dan menjadi terlalu banyak bertanya. Muncul pikiran “apa aku semengganggu itu? Bukan kah wajar aku bertanya?” sayangnya, aku sendiri tidak memihak pada diriku.

Diorganisasi sangat penting kejelasan akan sesuatu. Saat orang lain berkerja tidak benar, telaah sekali lagi, kesalahan yang timbul karena dia atau karena kita menyampaikannya tidak jelas? Dari situ setiap ada pelimpahan tugas antar aku dan temanku, aku biasa untuk memastikan apakah arahan yang kuberikan sudah jelas, atau adakah pertanyaan yang ingin ditanyakan. Secara suka hati kujelaskan dengan detail dan rinci, karena aku tau, sulitnya berkerja jika tidak jelas apa dan bagaimana cara berkerja. Dan diposisiku sekarang, semua sangat bertolak belakang dengan apa yang kupelajari. Aku stres!

Berat. Awal berkerja sangat berat. Selain karena penjelasan yang tidak jelas, data yang kuterima rumpang. rumpang, kacau, aneh! Yang dikerjakan cukup banyak dan data yang ada dalam bentuk excel satu satu sampai sekitar 50 sheet yang menjadi tanggung jawabku. Bolak balik memantau semua sheet, membuat laporan dari setiap lembar kerja, mengcopy satu per satu. Belum lagi ditambah aku yang kurang familiar dengan informasi yang ada serta atasan masuk keluar ruangan menanyakan apa sudah dikerjakan atau belum. Padahal aku tidak ada berhenti berkerja. Tekanan luar biasa. Aku merasa percaya diri saat kukatakan aku termasuk cukup cepat dalam berkerja dan memahami sesuatu, tapi jika begini ceritanya, berat.

 

Selain itu, kerjaan ku didivisi baru mengharuskanku berkomunikasi dengan klien dan pekerja lapangan. Lebih dari 100 orang dihubungi secara manual satu persatu lewat whatsapp, telepon dan sms. Terkendala dengan tidak lengkapnya kontak yang harus kuhubungi, lalu aku tertekan dengan pikiranku bahwa “aku terlalu banyak bertanya”. Aku yang tidak berpihak pada diri sendiri lalu berfikir “apa aku sebodoh itu?”.

Karyawan baru masuk dan ditempatkan satu divisi denganku. Yang ada dipikiranku, aku bersyukur ada yang membantu. Tapi melihat-lihat pekerjaan yang kami kerjakan, aku langsung berpikir jauh, bagaimana pembagian tugasnya, bagaimana kami berkerja sama. Hari berlalu, aku semakin stres, aku masih harus belajar dan memahami kerjaanku tapi aku juga harus membagi waktu untuk menjelaskan pada rekan kerja baruku mengenai pekerjaan ini, yang aku belum menguasai dengan betul. Ini baru sekitar 3 minggu.  Aku semakin tertekan, orang yang dulu memegang posisi dipindah tugaskan ke divisi lain. Pelimpahan tugas pun tidak jelas. Semua tanggung jawab sudah menjadi tanggung jawabku, dibanding rekan baru ku, aku lah tentu yang akan ditanya-tanya. Gila! 

Belum saja jelas semua kerjaan, data masih banyak rumpang, dan aku harus mengajari rekan baru. Ditambah kerjaan yang banyak karena akhir bulan, diragukan oleh atasan, bisa bayangkan? Sering aku bolak-balik divisi ku dahulu untuk bercerita, menangis, mencari kekuatan dan pembelaan bahwa aku tidak sebodoh itu. Sebodoh apa yang kupikirkan tentang aku. Selalu muncul pikiran “kok aku susah paham ya? “.


duduk dan istirahatlah

tutup matamu dan jangan dulu dihiraukan

pikiranmu itu

yang membuat lelah hatimu

kamu tidak seburuk itu.

 

Kuakui saat itu bukan aku melebih-lebihkan, pekerjaannya memang banyak. Apa karena ini orang terdahulu membuat banyak kesalahan?. Bulan pertama aku disibukkan dengan mengumpulkan dan memperbaiki data.  Aku lembur sendirian disaat tidak ada sama sekali orang lembur. Lembur tidak terlalu awam dikantorku. Kadang aku ditemani atasanku, pernah juga aku sendirian. Sekitar sampai jam 9 dan pernah sampai setengah 10 malam.

Masih di Januari

Aku sudah banyak lupa, tapi entah kenapa saat itu aku banyak risaunya. Banyak hal terjadi bagiku. Pikiranku dipenuhi hal-hal kelabu.


Minumlah dulu tenangkan dirimu

Ya benar. Kamu tidak salah.

Aku dipihakmu meski dunia tidak

Aku mengerti maksudmu

Kali ini kamu tidak salah

Yakini itu dan jangan goyah

Jangan bersedih.

 

Aku berharap ada orang lain yang mengatakan itu padaku. Aku perlu dipahami oleh orang lain. Miris karena diriku saja tidak percaya dirinya sendiri.

Februari. Terjadi perubahan struktur pegawai, aku dibantu 2 orang lagi untuk daftar kerjaanku. Menagih hutang. Dan mengurus penggajian, cukup membantu.satu rekan dari divisi ku terdahulu, dan cukup senior. Aku mencoba bertukar pikiran bagaimana mengatur pembagian tugas agar sama-sama mudah bekerja. Waktu berlalu. Satu lagi dari divisi lain untuk penggajian. Aku ragu dengan pembagian tugas ini. Dari analisa ku, ini masih tidak jelas. Dan ketidak jelasan ini akan menyulitkanku. Mana mungkin aku melepaskan tugasku tanpa aku membantu menjelaskan dahulu. Masih skitar 60% aku mengurus gaji. Akhir bulan datang. Aku membantu membuat data untuk penggajian dan ini masalah uang. Mengkonfirmasi satu-satu. Menghitung. Belum lagi tugas utamaku. Gila!  

Lebih lagi, rekan ku yang membantu mengurus gaji diberhentikan. Kantor selalu mencekam untukku. Gaji dikerjakan oleh orang lain lagi, sering terjadi salah, akhirnya aku mulai menerima keadaan dan merasa maklum. Kantor tetap berjalan.

mari bertukar

kamu jadi aku dan rasa apa yang kurasa

aku jadi kamu dan merasa apa yang kamu rasa

mungkin

dengan begitu

kita lebih tahu

dan lebih saling memahami

Maret, pelajaran baru.

Aku orang yang mudah percaya pada orang lain. Orang lain baik menurutku. Sulit untukku membenci orang lain. Setiap orang punya kelebihan punya kekurangan. Setiap orang bisa melakukan kesalahan. Setiap orang punya alasan mengapa dia melakukan sesuatu. Aku menganggap kenalanku adalah temanku. Aku cukup mudah berempati.

Ada seorang rekan kerja, pegawai lapangan. Aku merasa cukup akrab sebagai teman, karena sering ada urusan pekerjaan. Dan untuk pertama kalinya aku harus melaporkan temanku karena dia kedapatan mencuri gaji karyawan. Yang artinya dia akan dipecat. Atau dengan kata lain aku memutus rezekinya. Penuh pertimbangan sampai akhirnya aku harus melaporkannya. Itu pengalaman pertamaku. Aku merasa dunia kerja menjadikanku tak punya hati. Aku sering berfikir, apa karena ini para orang dewasa semakin apatis, tidak perduli orang lain. Dunia yang membentuknya?

Saat dunia menggodamu seharusnya kamu jangan menyerah

Saat masalah menimpamu seharusnya kamu jangan goyah

Aku tidak mau kamu kesusahan

Dunia ini semakin kejam

Semua semakin buram

Tapi setiap piihanmu itu ada akibatnya kawan

Tidak seharusnya kamu begitu

Seharusnya kamu bertahan

Untuk selanjutnya semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan

 

Hari berganti hari, akhir bulan datang. Terjadi keributan dikantorku. Bos ku marah-marah, kami ketakutan. Dia berteriak. nyaring sekali. Salah satu atasanku yang kurasa cukup bisa membantuku memutuskan keluar dari perusahaan. Banyak dari kami yang menangis saat perpisahan tapi hidup terus berjalan. Setiap bulan ada pegawai yang diberhentikan, aku sedih dan hari esok tetap datang dan tugas-tugas tetap harus dikerjakan. Ini cukup baru untukku. Kenyataan didunia kerja. Hari ini kau pergi, beberapa orang bersedih. Besok perusahaan berjalan seperti biasa ada atau tidak ada dirimu. Pelajaran bagiku, jangan terlalu gila dengan perkerjaan, keluargamu lah tempat kamu pulang.

April. Masih sering aku berfikir, dunia kerja merubah seseorang. Pagi sampai sore disibukkan pekerjaan. Pulang kerja kelelahan. Beristirahat dengan bermain gawai. Tidur malam, sebelumnya memikirkan pekerjaan. Bangun pagi, kepala disibukkan rentetan tugas kantoran. Mungkin karena ini semakin tua semakin tidak perduli hal lain, karena disibukkan urusan pribadi. Saat muda aku cukup perduli siapa presiden nanti dan sebagainya. Tapi kali ini, aku merasa pemilihan presiden tidak akan banyak berpengaruh padaku. Meski pikiranku masih penuh akan “presiden akan menentukan keberlangsungan bangsa, apa dan sebagainya”, tapi tahun ini, aku mulai tidak perduli.

Kesibukkan menurunkan tingkat keperdulian.

Kerjaan cukup banyak, aku merubah format lama perkerjaanku ke format baru yang tadinya ada sekitar 130 sheet lebih dibuat menjadi satu sheet. Aku suka pembaharuan yang akan memudahkan hari-hari ku kedepan. Susah seminggu tidak masalah untukku. Hampir seminggu atau lebih, mulai pagi sampai pulang aku terus mengetik tanpa henti. Belum lagi dengan tugas utama. Sempat aku merasa dianggap aku tidak berkerja karena mengutamakan pembaharuan data yang menurutku lebih utama selain aku sudah mengerjakan cukup banyak kerjaan utamaku. Dikatakan padaku “kerjakan dulu yang ini, yang itu nanti saja”. Padahal menurutku saat yang itu selesai, yang ini akan sangat mudah mengerjakannya.

Perubahan memang perlu usaha. Hari-hari yang sulit selalu ada. Tapi drama dunia kerja cukup menarik, teman-teman mengejekku dengan rekan kerjaku. Cukup mengibur, kami tertawa, seluruh ruangan sampai ruangan lain, dan  aku juga. Hari yang sulit cukup teratasi dengan lelucon teman—teman. Cukup menghibur tapi juga membuat kesan lain. Menghibur tapi menyakitkan, untukku. Nanti ku ceritakan dilain waktu. Maksudku ku abadikan kisah itu untukku.

Dibulan april juga, aku mengikuti kegiatan sosial, menjadi volunteer kegiatan mengajar ke desa. Impianku. Disabtu dan minggu akhir bulan itu. Melelahkan tapi sangat menyenangkan. Tanpa memikirkan dunia kerja dan segala tekanannya. Aku benar-benar seperti beristirahat dengan sangat tenang dan menenangkan. Tanpa sinyal tanpa gawai. Bertemu orang baru dengan aura kebaikan dari orang-orang yang ingin berbagi dan membahagiakan orang lain. Aku benar-benar merasa bahagia. Terimakasih Tuhan untuk kesempatannya. Aku merasa menjadi manusia lagi

Beruntungnya saya

Investasi waktu kurang dari 48 jam membuat jam-jam berikutnya menjadi terasa luar biasa

Sebentar saja, dan saya sudah bisa kembali mengingat rasanya menjadi manusia.

Memberi simpati dan mendalami rasa empati.

Orang-orang yang memotivasi

Dan lingkungan yang saling menghargai.

Beruntungnya saya

Mendapat kesempatan dan bertemu dengan orang-orang menyenangkan.

-27-28 april 2019.

Dari situ, bisakah kalian merasakan keresahan hati ku akan takutnya aku berubah menjadi manusia apatis tak perduli dunia? Masih sering aku merasakan itu, dan sering juga aku merasa aku sudah berubah karena dunia kerja ini.

 

Mei. Akhir pertama dari lelucon teman-teman, penghiburku. Kusebut akhir pertama karena itu berakhir, ya walaupun ada lanjutannya. Aku bersedih. Sangat  bersedih. Beberapa hari selanjutnya terjadi salah paham antara aku dengan rekan kerjaku. Dia marah? Aku tidak tahu. Selain masalah hati, masalah pada pikiranku. Mungkin saat sakit hati tapi akal tetap jalan, akan lebih mudah. Atau saat pikiranku ku sedang runyam tapi hatiku sedang bahagia, juga akan lebih mudah. Tapi kali ini aku kalut luar biasa. Luar biasa. Untuk pertama kalinya. Malam aku pergi dengan sepupu, cukup menghibur, tapi tetap saja pikiran ku hilang hati ku kacau. Berangkat bekerja dengan tekanan semua orang terasa memusuhiku bahkan aku sendiri. Aku mau berhenti.


Saat itu ramadhan, Tuhan menolongku. Aku tetap bertahan. Hari berlalu dan keadaan mulai baik-baik saja. Kantor libur lebaran, aku sembuh.

Juni. Tekanan dari atasan semakin menjadi. Entah apa, kesannya seperti kami tidak bisa berkerja. Posisi kami penuh tekanan, sepertinya hanya posisi kami. Rekan kerja ku karena berbagai alasan memutuskan berhenti berkerja. Aku sendirian. Maksudku berdua dengan tekanan. Dua hari dan rekan kerja ku terdahulu kembali dipindah ke divisi ku, dengan menggantikan posisi rekan kerja ku yang berhenti. Cukup membantu tapi juga tekanan baru untukku. Aku sadar cara kerja kami berbeda. Seperti awal, komunikasi, koordinasi, konfirmasi yang bermasalah, entah apa yang dipikirkannya.

Juli. Ulang tahunku. Keadaan mulai membaik. Intensitas kerjaan yang berkurang dengan format baru dan pembagian tugas. Hubungan dengan rekan kerja membaik. Seperti sedia kala.

Agustus. Benar-benar baik baik saja. Keadaan kantor membaik. Tekanan dari atasan bahkan seperti tidak ada. Luar biasa? Ya menurutku. Berangkat berkerja biasa. Pulang kerja aku berolahraga. Menyenangkan. Aku juga sering berkumpul dengan teman SMA. Aku seperti ingin bersenang-senang. Selagi masih bisa. Selagi masih ada waktu. Sebelum nanti, sebelum tidak ada kata nanti.

September. Banyak momen bertemu dengan teman kuliahku. Masa terbaik dalam hidupku. Dan aku sadar, serta semakin belajar bahwa kamu akan merasa bahagia dilingkungan yang menerima mu dan mengahargaimu. Dilingkungan kerja aku merasa tidak ada yang sefrekuensi dengan aku dan jalan pikirku. Aku merasa berbeda. Atau ini hanya aku dan pikiranku saja?

Oktober. Sebentar kupilah apa yang akan kuceritakan. Aku ditegur, disuruh bekerja lebih baik lagi. Lebih baik seperti apa? Aku tidak tau. Aku hanya disuruh memperbaiki diri demi kebaikan ku. Mengerjakan kerjaan rekan kerjaku. Terlalu banyak pertanyaan. Kenapa harus aku? Untuk apa? Apa salahku? Jawabannya : demi kebaikanku. Hanya itu. Mengerjakan sesuatu tanpa alasan, aku tidak suka.

November. Tepat satu tahun. Semua lancar. Perkerjaan sekarang tidak terlalu banyak karena perusahaan sedang slowdown. Tekanan dari atasan hampir tidak ada. Laporan jarang sekali diminta kalau diminta pun mengerjakannya sekitar 1 sampai 2 jam, kalau dulu bisa seharian. Semua sangat lancar. Dengan teman pun semua lancar. Sangat berbeda dari masa pertama berkerja. Ditambah lagi, kisah hidupku yang lain lagi. Satu hari sebelum satu tahun aku berkerja. Sangat special untukku. Akan kuceritakan ditempat lain.

Oiya, tambahan ya. Aku mengambil cuti setelah aku genap berkerja 1 tahun.

Liburan luar biasa. Beberapa hari kuisi dengan kempo. Olahraga favoritku, lebih tepatnya karena aku diterima disitu. Diterima secara pribadi. Aku jadi panitia prapon, hanya bantu-bantu, tapi kau tau rasanya bisa membantu dan seperti dibutuhkan? menyenangkan. Bertemu orang baik dan hebat, orang-orang yang berkerja keras melawan tekanan melewati batasan dirinya. Para pekerja keras. Dan orang-orang yang konsisten. Orang-orang konsisten punya sesuatu yang lain dari dirinya yang terbentuk karena ketekunan. Aura wibawa dan kerendahan diri. Luar biasa.

Disela-sela kempo aku mengerjakan sesuatu yang tidak bisa kukerjakan dihari kerja. Membaca buku, istirahat dirumah, berbelanja kepasar, daftar perkerjaan tercoret satu demi satu. Diakhiri dengan HMJA! Menginap di kegiatan organisasi masa kuliah. Berada dilingkungan teman kuliah. Tempat aku diterima dan kami saling menghargai, menghormati. Aku bercerita, dan merasa dipahami. Luar biasa! Liburan berakhir, tahun kedua berkerja dimulai. Tuhan luar biasa.

Dunia kerja. Tahun pertamaku luar biasa. Aku sadar, tekanan terbesar ada dalam fikiranku, tapi aku serius, bulan-bulan pertama berkerja memang berat luar biasa. Bersyukur sekali Tuhan menolongku. Setiapmasa sulitku, aku didampingi teman baik dan lingkungan menyenangkan. “nahkoda yang handal tidak terlahir dari lautan yang tenang”. Setiap masa ada ujiannya. Semoga Tuhan tidak meninggalkanku.

22 Mei 2020

 

 

 


Komentar